Apakah Asia Ramah Vegan? Panduan ke Cina, Jepang, dan Filipina

Kami dapat memperoleh komisi atas pembelian memenuhi syarat yang dilakukan melalui salah satu tautan kami. Pelajari lebih lanjut

Sejarah veganisme di Asia panjang dan rumit. Ini bukan hanya tentang makanan, tetapi juga tentang agama.

Praktek vegetarianisme di Asia berasal dari Dinasti Zhou pada 256 SM ketika itu dianggap sebagai kemewahan yang hanya tersedia bagi orang kaya. Meskipun konsumsi daging di Cina modern telah meningkat, daging masih dianggap sebagai makanan lezat.

Dalam panduan ini, saya akan mengajak Anda menelusuri sejarah veganisme di Asia, dari zaman kuno hingga saat ini. Plus, saya akan membagikan beberapa hidangan vegan paling populer di wilayah ini.

Apakah asia ramah vegan

Lihat buku masak baru kami

Resep keluarga Bitemybun dengan perencana makanan lengkap dan panduan resep.

Cobalah secara gratis dengan Kindle Unlimited:

Baca gratis

Evolusi Vegetarisme dan Veganisme di Asia: Tinjauan ke dalam Sejarah dan Agama

  • Vegetarisme dan sayuran konsumsi memiliki sejarah panjang di Tiongkok, sejak Dinasti Zhou (1046-256 SM).
  • Selama ini, konsumsi daging dianggap mewah dan hanya tersedia bagi orang kaya.
  • Praktik vegetarisme dikaitkan dengan welas asih terhadap hewan dan manusia.
  • Kata untuk vegetarisme dalam bahasa Cina, "sùshí," berarti "makanan biasa" dan mencakup hidangan yang terbuat dari biji-bijian, sayuran, dan produk kedelai.
  • Meskipun produksi dan konsumsi daging meningkat di Tiongkok modern, jumlah orang yang mengikuti pola makan vegetarian atau vegan masih signifikan, dengan perkiraan 50 juta orang mempraktikkan vegetarianisme dan 5 juta mempraktikkan veganisme, yaitu sekitar 3 persen dari populasi.

Peran Agama dalam Veganisme di Asia

  • Agama memainkan peran penting dalam praktik veganisme di Asia, khususnya di negara-negara seperti Jepang dan Taiwan.
  • Di Jepang, konsep welas asih Buddhis untuk semua makhluk hidup telah memengaruhi kebangkitan veganisme dan vegetarisme.
  • Banyak orang Jepang mengikuti pola makan nabati yang disebut "shojin ryori", yang biasanya disajikan di kuil Buddha dan mencakup hidangan yang terbuat dari sayuran, biji-bijian, dan produk kedelai.
  • Di Taiwan, kelompok agama yang dikenal sebagai “I-Kuan Tao” mempromosikan veganisme sebagai sarana welas asih terhadap semua makhluk hidup.
  • Grup ini memiliki pengikut yang signifikan di Taiwan dan bahkan telah meluas ke negara lain seperti Amerika Serikat.

Hubungan Kompleks antara Vegetarisme dan Agama di Asia

  • Sementara vegetarisme dan veganisme sering dikaitkan dengan agama di Asia, hubungan antara keduanya tidak selalu lurus.
  • Di negara-negara seperti Cina, di mana konsumsi daging masih cukup tinggi, vegetarisme sering dilihat sebagai pilihan kesehatan atau preferensi pribadi daripada praktik keagamaan.
  • Selain itu, beberapa kelompok agama di Asia, seperti penganut Tao di Tiongkok, sebenarnya memasukkan daging ke dalam makanan mereka sebagai alat untuk menyeimbangkan energi yin dan yang di dalam tubuh.
  • Terlepas dari perbedaan-perbedaan ini, ketersediaan makanan nabati di Asia memudahkan orang untuk membuat pilihan untuk mengikuti pola makan vegetarian atau vegan, baik karena alasan agama, kesehatan, atau lingkungan.

Menjelajahi Pemandangan Vegan di Tiongkok

Cina adalah negara yang luas dengan sejarah vegetarianisme dan veganisme yang panjang. Namun, kesalahpahaman bahwa masakan Cina adalah tentang hidangan daging masih berlaku. Tetapi sebenarnya ada banyak pilihan vegan yang tersedia di China, dan negara ini perlahan tapi pasti menjadi lebih ramah vegan. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

  • China memiliki populasi vegan terbesar di dunia, dengan perkiraan 50 juta orang mengonsumsi pola makan nabati.
  • Pasar vegan di Tiongkok berkembang pesat, dengan semakin banyak perusahaan mulai menawarkan produk vegan. Beberapa merek terbesar termasuk Lee Kum Kee, perusahaan saus tradisional Tiongkok, dan Vitasoy, merek susu kedelai.
  • Meskipun sulit untuk menemukan produk vegan di wilayah China yang lebih kecil, kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Hong Kong menyimpan produk vegan lebih cepat daripada sebelumnya.
  • Kedelai adalah makanan pokok masakan Cina dan telah dikonsumsi selama beberapa generasi, menjadikannya alternatif yang sempurna untuk vegan. Menurut penelitian, konsumsi kedelai di Cina mencapai titik tertinggi sepanjang masa.
  • Supermarket Cina mulai memasukkan lebih banyak produk vegan, sehingga memudahkan para vegan untuk membeli bahan makanan biasa.
  • Restoran Cina juga mulai menawarkan lebih banyak hidangan vegan, dan beberapa restoran bahkan mulai berspesialisasi dalam masakan vegan. Beberapa restoran vegan populer di China antara lain Green Common, Pure & Whole, dan Veggie Table.
  • Praktik keagamaan juga berperan dalam popularitas veganisme di Tiongkok. Buddhisme, Taoisme, dan Konfusianisme semuanya memiliki sejarah vegetarianisme dan veganisme yang panjang, dan ini telah memengaruhi budaya makanan di Tiongkok.
  • Beberapa hidangan vegan umum di China termasuk sayuran asam manis, tahu goreng, dan pangsit sayuran. Namun, penting untuk dicatat bahwa berbagai daerah di China memiliki gaya dan hidangannya sendiri, jadi selalu berguna untuk melakukan riset atau meminta bantuan saat mencoba menemukan opsi vegan.
  • Memang benar bahwa beberapa masakan Cina mengandung produk hewani, mudah untuk membuat perubahan dan menemukan penggantinya. Misalnya telur bisa diganti dengan tahu, dan daging bisa diganti dengan jamur atau seitan.
  • Penting juga untuk dicatat bahwa veganisme dapat dianggap mahal di China, terutama bagi mereka yang terbiasa makan daging. Namun, dengan meningkatnya popularitas veganisme, harga mulai turun.
  • Secara keseluruhan, China perlahan tapi pasti menjadi lebih ramah vegan, dan sebagian besar orang China terbuka untuk mencoba hal-hal baru. Jadi, jika Anda ingin memulai perjalanan vegan Anda di Tiongkok, Anda akan menemukan banyak bantuan dan dukungan selama ini.

Menjelajahi Adegan Vegan di Jepang

Meskipun merupakan negara yang terkenal dengan kecintaannya pada makanan laut dan daging, Jepang menjadi lebih ramah vegan dalam beberapa tahun terakhir. Sementara masakan tradisional Jepang sangat menonjolkan ikan, telur, dan daging, negara ini mulai merangkul pola makan nabati dan veganisme sebagai bentuk potensial dari hidup sehat.

Bangkitnya Veganisme di Jepang

Kebangkitan veganisme di Jepang dapat ditelusuri kembali ke zaman Edo, yang dimulai pada abad ke-17. Selama ini, praktik vegetarisme mulai populer di kalangan kelompok agama. Namun, baru pada abad ke-20 konsep veganisme seperti yang kita kenal sekarang mulai mendapatkan daya tarik. Pada bulan Januari tahun ini, Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan Jepang merilis laporan ilmiah tentang potensi manfaat kesehatan dari pola makan vegan dan vegetarian.

Makanan dan Produk

Terlepas dari kenyataan bahwa masakan tradisional Jepang tidak ramah vegan, masih ada banyak hidangan vegan yang tersedia di Jepang. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diingat saat menjelajahi dunia vegan di Jepang:

  • Produk kedelai banyak tersedia dan biasa digunakan dalam masakan Jepang.
  • Sup miso adalah hidangan populer yang bisa dibuat vegan dengan tidak menggunakan kaldu ikan.
  • Nasi adalah makanan pokok utama dalam masakan Jepang dan ramah vegan.
  • Sayuran biasanya digunakan dalam masakan Jepang dan merupakan sumber protein yang bagus.
  • Tidak seperti di negara-negara Barat, veganisme belum menjadi konsep populer di Jepang, jadi mungkin sulit untuk menemukan pilihan vegan di beberapa restoran atau pasar.

Merek dan Perusahaan Ramah Vegan

Terlepas dari tantangannya, ada beberapa merek dan perusahaan ramah vegan di Jepang yang layak untuk dicoba:

  • Natural House: Rantai toko makanan kesehatan yang menawarkan berbagai produk vegan.
  • Vege Deli: Layanan pengiriman makanan vegan yang menawarkan berbagai hidangan vegan.
  • T's Tantan: Rantai ramen vegan yang menawarkan berbagai hidangan ramen vegan.
  • Daiya: Merek keju vegan populer yang bisa ditemukan di beberapa supermarket Jepang.

Menjelajahi Adegan Vegan di Filipina

Apakah Anda seorang vegan yang berencana mengunjungi Filipina? Atau apakah Anda seorang vegan lokal yang ingin menjelajahi lebih banyak pilihan vegan di negara ini? Either way, panduan ini akan membantu Anda. Filipina mungkin tidak dikenal sebagai negara yang ramah vegan, tapi jangan khawatir, karena ada banyak hidangan dan restoran vegan yang bisa Anda temukan di sini.

Filipina: Negara dengan Banyak Bahasa dan Budaya

Filipina adalah negara dengan beragam bahasa dan budaya, dan hal ini tercermin dari makanannya. Meskipun negara ini terkenal dengan hidangan daging tradisionalnya, ada juga banyak pilihan vegetarian dan vegan. Penting untuk diperhatikan bahwa tidak semua hidangan yang diberi label vegetarian atau vegan mungkin sepenuhnya vegan, jadi sebaiknya selalu periksa dengan restoran.

Kota Ramah Vegan di Filipina

Berikut beberapa kota di Filipina yang dikenal memiliki banyak pilihan vegan:

  • Manila: Ibu kota Filipina adalah tempat yang bagus untuk mulai mengeksplorasi pilihan vegan. Ada banyak restoran vegan yang terletak di pusat kota, ditambah banyak restoran yang menawarkan pilihan vegan. Beberapa restoran vegan terbaik di Manila antara lain Green Bar, The Vegan Dinosaur, dan The Good Seed.
  • Cebu: Cebu adalah kota lain di Filipina yang memiliki banyak pilihan vegan. Beberapa restoran vegan terbaik di Cebu termasuk Lun-haw Vegan Cafe, The Good Choices Cafe, dan The Vegan Kitchen.

Opsi Pengiriman dan Bawa Pulang

Jika Anda mencari pilihan vegan yang cepat dan mudah, ada banyak pilihan pesan antar dan bawa pulang yang tersedia di Filipina. Beberapa opsi pengiriman dan takeout terbaik meliputi:

  • Happy Veggie: Ini adalah layanan pengiriman makanan vegan yang mendukung petani lokal dan menggunakan bahan alami dan segar.
  • The Vegan Grocer: Ini adalah toko bahan makanan vegan online yang menawarkan berbagai macam produk vegan, termasuk produk segar, makanan ringan, dan alternatif daging vegan.

Mekarnya Veganisme di Korea: Tinjauan Sejarah Belas Kasih dan Penghormatan terhadap Semua Makhluk

Dalam beberapa tahun terakhir, veganisme telah mendapatkan visibilitas di Korea, dengan semakin banyak orang Korea mengidentifikasi diri sebagai vegan atau vegetarian. Berkembangnya gaya hidup vegan ini dapat dikaitkan dengan beberapa faktor, termasuk:

  • Efek dari tren veganisme Amerika Utara dan Eropa
  • Munculnya selebritas vegan di Korea
  • Meningkatnya ketersediaan restoran vegan dan toko kelontong

Merayakan Veganisme di Festival Korea

Festival Korea merayakan banyak aspek gaya hidup vegan, memberikan kesempatan pendidikan bagi penduduk lokal dan turis. Beberapa festival paling populer meliputi:

  • Festival Sayuran Seoul
  • Festival Sayuran Jeju
  • Pameran Makanan Internasional Busan

Mengungkapkan Masakan Korea untuk Vegan

Sementara masakan tradisional Korea tidak selalu ramah vegan, masakan Korea modern telah beradaptasi dengan kebangkitan veganisme. Banyak restoran lokal sekarang menawarkan pilihan vegan, dan beberapa bahkan telah membuat menu vegan sepenuhnya. Beberapa hidangan vegan Korea populer meliputi:

  • Bibimbap dengan tahu bukan daging
  • Japchae dengan jamur, bukan daging sapi
  • Nasi goreng kimchi dengan kimchi vegan

Kesimpulannya, sejarah veganisme di Korea berakar pada tradisi belas kasih dan rasa hormat yang sudah lama ada di negara ini terhadap semua makhluk. Meskipun gaya hidup vegan mungkin membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan popularitas, sekarang ini menjadi tren yang berkembang di Korea modern, dengan semakin banyak penduduk lokal dan turis yang mengidentifikasi diri sebagai vegan atau vegetarian.

Kesimpulan

Jadi, begitulah vegetarisme dan veganisme memiliki sejarah panjang di Asia, dan bagaimana agama berperan dalam membuatnya populer. 

Ini adalah tren yang sedang berkembang, terutama di China, dan ini adalah cara yang bagus untuk memulai gaya hidup yang lebih sehat. Jadi, jangan takut untuk mencobanya sendiri!

Lihat buku masak baru kami

Resep keluarga Bitemybun dengan perencana makanan lengkap dan panduan resep.

Cobalah secara gratis dengan Kindle Unlimited:

Baca gratis

Joost Nusselder, pendiri Bite My Bun adalah seorang pemasar konten, ayah dan suka mencoba makanan baru dengan makanan Jepang di jantung hasratnya, dan bersama timnya dia telah membuat artikel blog mendalam sejak 2016 untuk membantu pembaca setia dengan resep dan tips memasak.